Socar Trading Singapore Pte Ltd, National Oil Company asal Azerbaijan dan Vitol Group, perusahan energy dan trader asal Belanda yang berbasis di Swiss, dipastikan telah menjadi pemenang untuk memasok minyak mentah ke kilang Indonesia. Socar akan memasok minyak mentah jenis Azeri sebanyak 2 juta barel. Sementara Vitol akan menyuplai minyak mentah jenis qua iboe sebesar 2 juta barel. Kepastian itu disampaikan Ahmad Bambang, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, yang berbicara kepada media Senin (2/2).
Namun apa yang disampaikan Bambang oleh Satya Widya Yudha kepada indoPetroNews.com dinilai belum transparan. Satya mendesak, PT. Pertamina (Persero) dan Integrated Supply Chain (ISC) untuk menjelaskan secara rinci tender perdana crude oil, yang dilakukan pada 27 Januari 2015, pasalnya menurut Wakil Ketua Komisi VII ini, tender tersebut tidak transparan.
"ISC di bawah pimpinan Daniel Purba sudah seharusnya mengumumkan kepada publik terkait bagaimana mekanisme tender minyak mentah, berapa jumlahnya, bagaimana teknisnya," ujarnya, di Jakarta, Senin (2/2).
Namun Bambang mengklaim, tender yang dilakukan sudah sangat transparan. “ Ada 53 perusahaan yang mengikuti tender impor minyak itu,” katanya sebagaimana dikutip dari Kontan, Selasa (3/2).
“Harga sudah sesuai pasar, kalau ada yang bilang harganya bisa lebih mahal, kemungkinan dia adalah orang yang kalah tender,” tambahnya.
Ferdinand Hutahean Direktur Energi Watch bahkan menilai, tender yang pertama dilakukan ISC ini terkesan sangat tertutup. Menurut Dia, tender seharusnya membeberkan data peserta yang lengkap, berikut syaratnya, spesifikasi minyak, tata caranya apakah terbuka dan tertutup.
"Saat ini, ISC-pertamina tidak ada keterbukaan terkait volume crude oil yang hendak diimpor, siapa peserta tendernya, mekanisme dan apa saja syarat yang ditentukan," tegasnya.
Ferdinand mensinyalir, “ISC telah memenangkan tender yang harganya lebih mahal US$ 0,06 perbarel dari penawar di bawahnya,” seperti dikutip.
Kepada indoPetroNews.com, Senin (2/2) Ferdinand menyatakan, jika ISC Pertamina masih tertutup seperti ini, artinya tidak ada perubahan sama sekali. Dan ini bisa menjadi bukti sah, bahwa selama ini tim Faisal Basri hanya memindahkan tempat bermain mafia.
Seperti diketahui Tim Reformasi Tatakelola Migas yang diketuai Faisal Basri, salah satu fungsinya adalah untuk memastikan transparansi yang ada pada tataniaga migas di Indonesia. Salah satu rekomendasi yang dilakukan oleh Faisal dan tim adalah mengalihkan peran Petral, yang selama ini menjadi trading arm Pertamina kepada ISC, yang dipimpin oleh Daniel Purba, salah seorang anggota tim reformasi.
"Saat ini, ISC-pertamina tidak ada keterbukaan terkait volume crude oil yang hendak diimpor, siapa peserta tendernya, mekanisme dan apa saja syarat yang ditentukan," tegasnya.
Ferdinand mensinyalir, “ISC telah memenangkan tender yang harganya lebih mahal US$ 0,06 perbarel dari penawar di bawahnya,” seperti dikutip.
Kepada indoPetroNews.com, Senin (2/2) Ferdinand menyatakan, jika ISC Pertamina masih tertutup seperti ini, artinya tidak ada perubahan sama sekali. Dan ini bisa menjadi bukti sah, bahwa selama ini tim Faisal Basri hanya memindahkan tempat bermain mafia.
Seperti diketahui Tim Reformasi Tatakelola Migas yang diketuai Faisal Basri, salah satu fungsinya adalah untuk memastikan transparansi yang ada pada tataniaga migas di Indonesia. Salah satu rekomendasi yang dilakukan oleh Faisal dan tim adalah mengalihkan peran Petral, yang selama ini menjadi trading arm Pertamina kepada ISC, yang dipimpin oleh Daniel Purba, salah seorang anggota tim reformasi.
source:indoPetroNews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar